Sudah 10 tahun lebih aku bekerja di perusahaan jasa
ini, hubungan kami hanya sebagai relasi, sering call by phone karena dia
sebagai perusahaan distributor di Jakarta yang membutuhkan dan menggunakan jasa
kami di Surabaya. Sudah sekian lama bertransaksi, sudah sekian lama komunikasi,
baru hari ini kami bertemu. Saat ini dia datang ke Surabaya dalam rangka
kunjungan dan survey, dia duduk di hadapanku, bicara tentang rencana kontrak
kerjasama berikutnya.
Dia seorang wanita yang keliatan kuat dan mandiri. Yang membuat aku tidak mengerti, mengapa ada
yang beda di jantung dan dadaku? Mengapa ada getar-getar aneh yang semakin aku berusaha membuangnya pergi, dia semakin kuat berdebar. Sampai
akhirnya aku membawanya survey ke kapal cargoku dan disanalah awal dari segala
kisah hidupku yang aku tidak tau apakah ini kebahagiaan atau bencana bagi kami.
Dia seorang wanita yang secara penampilan tidaklah masuk kategori menarik,
tubuhnya juga tidak langsing, wajahnya juga sederhana, tapi pandangan matanya
itu…,cara dia menatapku, cara dia bicara, bercanda, yang membuat aku ntah
mengapa begitu senang dan gembira sekali. Kami selalu tertawa dan bercanda
seolah-olah sudah berteman puluhan tahun lamanya.
Di saat survey kapal kami
harus melewati jembatan papan yang sangat kecil, sehingga aku tidak mungkin
membiarkan dia jalan sendiri dengan penuh rasa was-was, aku mengulurkan
tanganku menawarkan bantuan.
“sini saya bantu bu..” begitulah panggilanku kepadanya.
Sambil tersenyum dia menyambut tanganku.
“makasih pak”
Di saat tangan kami saling berpegang erat melewati
jembatan tersebut, disana aku tidak tau lagi apa arti perasaan ini. Yang aku
tau, aku ingin sekali selalu dekat dengannya. Kami ngobrol di Kapal dan
akhirnya sebelum aku mengantarnya ke hotel penginapannya, aku mengajaknya makan
malam. Kami banyak ngobrol di sana. Ternyata dia suka banget bercerita. Dia
cerita tentang pengalaman hidupnya di dunia kerjanya sepertinya detail banget,
aku mendengarkan dengan serius sambil terus memandangi matanya. Indah banget
mata itu.
Sejak kejadian itu kami jadi
lebih sering chat via YM dan Bbm, bercanda, tertawa dan happy banget deh,
sampai aku jadi lupa, lupa akan statusku, lupa akan usia kami yang sudah hampir
memasuki kepala empat, lupa bahwa kami sama-sama punya keluarga,seolah-olah
kami seperti masih di bangku kuliah.
Hari demi hari kami lalui, jalani pekerjaan dan sambil bercanda dan
membina persahabatan selama setahun berlalu. Dan sampai suatu saat tidak tau
dimulai dari mana, tidak tau siapa yang memulai dahulu, akhirnya kami saling
mengeluarkan isi hati :
“aku gak tau napa kenangan di Kapal selalu ,mengganggu ku..!” tanpa
sadar, ntah kekuatan dan keyakinan darimana membuat aku berani mengirimkan bbm
seperti itu..
Dan yang gak kusangka adalah…balasannya….”me..2…”
Jawaban itu membuat aku semakin berani dan semakin lancar mengutarakan
isi hatiku kepadanya.
Dan akhirnya kutau, bahwa benar kami saling mencintai. Kami sangat
bahagia, tiada hari tanpa telephone, kami bina hubungan kasih dan sayang sampai
tidur malampun tetap bermimpi..,mimpi selalu bersama. Kami tambah cinta.
Setahun telah berlalu…, rasa kangen luar biasa selalu mengacaukan perasaan hati ini...hampir setiap hari merasakan hal seperti ini...Oh
Tuhan…, apa yang telah kami lakukan ini? Dosa apa yang terbesar dalam hidupku
selain ini? Mengapa sampai bisa sejauh ini ? dia juga mengatakan bahwa dia benci
pada dirinya sendiri, mengapa tidak sanggup melupakan aku, dia sangat
merindukan aku. Aku memberinya semangat bahwa ini bukan dosa. Ini adalah cinta
yang datang dari hati. Padahal jauh di lubuk hatiku aku juga sangat merasa
berdosa, berdosa pada istri dan anak-anakku, tapi Tuhan, rasa rindu dan cinta
ini mengapa begitu kuat? Mengapa harus sama-sama hadir di hati kami? Jika hanya
aku sendiri yang merasakan, ini tidak akan terjadi. Aku tetap berusaha menjadi pria kuat dan
menjadi pelindungnya. Aku menghiburnya jangan menyalahkan diri dan jangan
menyesali, karena aku juga begitu menyayanginya. Saat ku dengar dia sakit,
ingin sekali aku terbang ke Jakarta dan menjaganya. Tapi jika mengingat
statusku, kuurungkan niatku dan kembali aku harus menahan rasa kangen yang luar
biasa ini.
Oh Tuhan, aku benar-benar tidak
tau apakah ini anugerah bagiku, karena aku sangat dicintai dan disayangi oleh wanita ini, wanita yang membuat aku
begitu happy, yang bisa memberi aku semangat hidup, yang bisa membuat
hari-hariku begitu berarti, wanita yang selalu mengerti aku, dan membimbing aku
untuk bagaimana menjadi pria yang punya wibawa, punya impian dan bagaimana
menjadi pria sejati. Dia benar-benar
sangat dewasa dan berjiwa seluas lautan. Meski
kami hanya bercanda di telepon dan setahun hanya bertemu dua kali. Wanita
ini yang memberikan semua yang aku dambakan yang tidak pernah kudapatkan dari
istriku. Perhatian, kasih sayang dan dorongan serta dukungan semangat dalam
menghadapi apapun. Aku menjadi kuat karena dia, aku menjadi dewasa karena dia,
dan aku merasa sangat membutuhkan dia. Tapi semua ini jika aku pupuk dan jalani
terus, ini pasti menjadi musibah dan penderitaan. Akan banyak yang akan
menderita, anak-anakku dan anak-anaknya juga, istriku dan suaminya juga. Apakah
aku tega Tuhan? Tidak…aku pasti tidak tega, itu benar-benar dosa, Tuhan pasti
tidak memperkenankannya. Tapi mengapa harus kuhadapi semua ini ? mengapa cinta
ini bisa bersemi jika ini dosa? Padahal hubungan kami begitu indah…, begitu
murni, begitu dalamnya sampai aku dapat belajar dan merasakan makna sebenarnya
cinta itu, kasih sayang dan perhatian yang dia berikan benar-benar mengajari
aku bahwa indahnya mencintai orang setulus hati tanpa pamrih. Begitu indahnya
dan begitu berartinya hidup jika bisa menyanyangi orang dan mengerti orang
lain. Banyak hal yang aku dapat dari dia, tapi mampukah aku melepaskannya?
Mampukah aku melupakannya seperti yang baru dia utarakan kepadaku kemarin
siang? Dia ingin menghentikan semua ini karena gak sanggup menahan rasa berdosa
yang dalam terhadap suami nya yang baik, anak-anaknya yang cantik dan lugu.
Juga gak tega menyakiti istri dan anak-anakku. Meski harus menderita menahan
rasa kangen dan cinta, dia rela menjalankannya daripada merasa beban dosa
sepanjang hidup. Dia tetap akan menyayangiku sebagai sahabat terbaiknya. Dan
tidak akan pernah lupa bahwa pernah ada cinta diantara kami. Dan ini hanya aku
, dia dan Tuhan yang tau.
Tapi bagaimana dengan aku ?
mengapa setelah mendengar permintaannya untuk tidak akan membahas dan menjalani
hubungan ini, aku seperti orang yang kesepian? Seperti kehilangan dia? Padahal
kami tetap contact by phone seperti biasanya? Bedanya hanya tidak boleh
membahas masalah perasaan lagi. Aku jadi laki-laki cengeng yang ingin rasanya
menangis dan memohon padanya untuk tidak meninggalkan aku? Aku jadi aneh dengan diriku sendiri. Aku
tidak mau jika bicara di telepon hanya sebatas pekerjaan dan say hello sebagai
teman. Aku menginginkan obrolan dan canda, perhatian dan kasih sayang yang dia
sampaikan, meski hanya lewat phone tapi sangat memberiku semangat hidup yang
luar biasa. Hari-hariku yang ceria kini ntah kemana….aku benar- tidak tau apa
yang harus kujalani saat ini, karena memang benar apa yang dia sampaikan…jika
ini kita teruskan, hanya kita berdua yang semangat menjalani hidup, bagaimana
dengan 6 orang terdekat kita? Istri dan 2 orang anakku serta suami dan 2 orang
anaknya, mereka akan sangat menderita dan kecewa jika tau hal ini. Dan pada
saat itu bukan hanya mereka yang
menderita, kita berdua juga akan menderita. Apakah itu yang kita
inginkan? Jelas tidak donk.., Lalu, setelah tau apa yang akan terjadi
nantinya…apakah masih harus kita jalani hubungan ini? Dengan menghentikannya,
kita berdua akan sangat menderita, tapi mungkin itu tidak lama, apakah setahun…atau
2 tahun…tapi dengan pengorbanan kita, kita bisa menyelamatkan penderitaan
banyak orang yang kita sayangi. Dan itu membuat arti dan makna cinta kita
semakin besar, karena memang cinta itu lahir tanpa disengaja, dia hadir tanpa
direkayasa, dan kita harus jadikan dia cinta yang bermakna dan bernilai, bukan
jadikan cinta yang menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Sungguh indah kata-kata dari
mulutnya, sungguh mulia hati dan perasaannya, aku harus bisa mendukung dan
menerimanya. Meski aku sangat menderita saat ini, tapi aku yakin aku tidak
sendiri, dia juga pasti sangat menderita bahkan lebih daripada aku, hanya saja
dia memang wanita gigih dan kuat, dia sangat manja saat aku kuat, dia bisa jadi
kuat di saat aku lemah. Sungguh sangat sempurna. Terima kasih Tuhan dia pernah
hadir di kehidupanku. Terima kasih Tuhan kamu ciptakan wanita yang begitu
sempurna dimataku. Dengan ini semua aku akan belajar dan mengajarkan kepada
anak-anakku makna cinta yang sebenarnya.